Jakarta, PCplus – Ketika dunia bisnis semakin bergantung pada teknologi, investasi jaringan bisnis APAC kini menjadi prioritas utama. Bukan sekadar isu teknis, performa jaringan telah berubah menjadi penentu keberhasilan strategi digital dan pertumbuhan perusahaan di Asia Pasifik.
Baca Juga: Ini Kata IDC Soal Modernisasi Jaringan AI di APAC
Menurut laporan IDC yang disponsori oleh Expereo, lebih dari 50% perusahaan di Asia Pasifik mengalami kerugian pendapatan sebesar US$5 juta atau lebih akibat gangguan jaringan dan konektivitas yang buruk. Ini bukan sekadar angka—ini adalah sinyal bahwa infrastruktur digital saat ini belum cukup tangguh untuk mendukung ambisi bisnis modern.
Pergeseran Prioritas Teknologi di C-Suite
Setelah serangkaian gangguan IT besar, mulai dari pelanggaran keamanan hingga kegagalan konektivitas, 40% pemimpin teknologi di APAC melaporkan bahwa jaringan dan konektivitas kini menjadi perhatian utama di level eksekutif. Bahkan, dalam 12 bulan ke depan:
- 48% bisnis APAC akan memprioritaskan investasi jaringan.
- 46% fokus pada keamanan siber.
- AI turun ke posisi ketiga dengan 38%.
Ini menandai pergeseran besar dari tahun sebelumnya, di mana AI masih mendominasi.
Transformasi digital tidak bisa berjalan tanpa fondasi jaringan yang kuat. Sayangnya:
- 30.7% organisasi APAC menyatakan performa jaringan yang buruk mengancam rencana pertumbuhan mereka.
- 44% mengaku keterbatasan jaringan menghambat proyek AI dan data besar.
- Hanya 8% bisnis merasa jaringan mereka siap mendukung AI tanpa hambatan.
Perspektif Pemimpin Industri
Ben Elms, CEO Expereo, menegaskan bahwa konektivitas bukan lagi urusan IT semata—ini adalah imperatif bisnis strategis. Eric Wong, Presiden APAC Expereo, menambahkan bahwa performa jaringan kini berkorelasi langsung dengan kesuksesan finansial.
Dengan 28.7% perusahaan mengalami kerugian lebih dari US$5 juta, tidak heran jika jaringan dan keamanan siber menjadi prioritas investasi utama.
Namun, membangun jaringan yang tangguh bukan hal mudah. Banyak perusahaan menghadapi tantangan dalam hal SDM:
- 37.5% kesulitan menemukan talenta jaringan.
- 31.6% kekurangan ahli keamanan siber.
- 23% berencana menggandeng mitra eksternal untuk mengisi kesenjangan keterampilan.
Di era di mana AI, data besar, dan keamanan siber menjadi tulang punggung bisnis, investasi jaringan bisnis APAC bukan lagi pilihan—melainkan keharusan. Perusahaan yang berani berinvestasi di jaringan akan memiliki fondasi digital yang kuat untuk tumbuh secara berkelanjutan dan bersaing secara global.




Comments
Loading…