Data pelacakan kapal global menunjukkan sebuah kapal penelitian China dijadwalkan tiba di Maladewa pada Kamis (22/2), tiga bulan setelah kunjungan kapal serupa ke Samudera India ini, dan memicu kekhawatiran akan keamanan New Delhi.
Kunjungan ini menyusul pandangan yang dikeluarkan oleh lembaga kajian AS pada Januari lalu bahwa Angkatan Laut China dapat “memanfaatkan wawasan yang diperoleh dari misi-misi tersebut” untuk mengerahkan pasukan Angkatan Laut, sebuah klaim yang disebut Beijing sebagai bagian dari narasi “ancaman China” yang dibuat-buat dan mencoreng citra negara Tirai Bambu itu.
Menurut data dari MarineTraffic, kapal Xiang Yang Hong 03 milik lembaga penelitian yang berada di bawah Kementerian Sumber Daya Alam China ini dijadwalkan berlabuh di Male, lebih dari satu bulan setelah meninggalkan Pelabuhan Xiamen di China tenggara.
Data tersebut juga menunjukkan, kapal sipil ini menghabiskan waktu lebih dari tiga minggu untuk melakukan survei perairan di luar zona ekonomi eksklusif India, Maladewa, dan Sri Lanka.
Kementerian Luar Negeri China mengatakan penelitian yang dilakukan oleh kapal itu dilakukan secara ekslusif untuk tujuan perdamaian demi kepentingan pemahaman ilmiah.
Dalam beberapa tahun terakhir, India telah menyuarakan keprihatinannya mengenai kehadiran kapal penelitian China di Samudera India, walau mereka bukan milik militer.
Seorang pejabat keamanan India sebelumnya mengatakan kapal-kapal itu bersifat “dual use” atau “berfungsi ganda”, di mana data yang dikumpulkan dapat digunakan, baik untuk tujuan sipil maupun militer.
Xiang Yang Hong 03 telah mengunjungi Samudera India beberapa kali.
Kapal ini pernah berlayar melalui Selat Sunda pada 2021 dan memicu kekhawatiran pihak berwenang Indonesia karena mematikan sistem pelacakannya sebanyak tiga kali.
Kapal penelitian China itu juga pernah singgah di dekat Sri Lanka.
Pada 2022, kapal militer Yuan Wang 5 yang mampu melacak peluncuran roket dan misil tiba di Kolombo dan membuat India khawatir.
Kapal penelitian China berlabuh di Sri Lanka terakhir kalinya Oktober 2023 dan memunculkan kembali kekhawatiran India. Namun, bulan Januari, negara kepulauan itu memberlakukan moratorium selama satu tahun terhadap kapal penelitian asing, yang secara efektif menolak China sebagai pelabuhan persinggahan.
Kedatangan Xiang Yang Hong 03 menyusul kunjungan presiden Maladewa, Mohamed Muizzu ke China pada Januari lalu, yang meningkatkan hubungan dengan Beijing lewat tawaran “bantuan gratis” sebesar 920 juta yuan atau setara dengan lebih dari 1,9 triliun rupiah.
Maladewa mengatakan kapal tersebut tidak akan melakukan penelitian di peraiannya dan hanya berhenti untuk rotasi personel dan pengisian ulang persediaan. [di/em]
Comments
Loading…