Iran, Rabu (27/9) mengklaim telah berhasil meluncurkan satelit pencitraan ke luar angkasa, sebuah langkah yang dapat meningkatkan ketegangan dengan negara-negara Barat yang khawatir teknologi luar angkasanya dapat digunakan untuk mengembangkan senjata nuklir.
Menteri Komunikasi Iran Isa Zarepour mengatakan satelit Noor-3 telah ditempatkan pada orbit 450 kilometer di atas permukaan bumi, lapor kantor berita IRNA.
Belum ada pengakuan langsung dari para pejabat Barat mengenai peluncuran atau penempatan satelit tersebut ke orbit. Iran telah mengalami serangkaian peluncuran yang gagal dalam beberapa tahun terakhir.
Zarepour mengatakan cabang kedirgantaraan dari paramiliter Iran Garda Revolusi, yang telah sukses meluncurkan satelit pada masa lalu, telah melakukan peluncuran terbaru itu. Pihak berwenang belum merilis gambar peluncuran tersebut.
Garda Revolusi menjalankan program luar angkasa dan infrastruktur militernya sendiri secara paralel dengan angkatan bersenjata reguler Iran dan hanya bertanggung jawab kepada Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei. Angkatan itu meluncurkan satelit pertamanya ke luar angkasa pada April 2020.
Amerika Serikat menuduh peluncuran satelit Iran melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB dan menyerukan Teheran untuk tidak melakukan aktivitas terkait rudal balistik yang mampu membawa senjata nuklir.
Evaluasi ancaman komunitas intelijen AS pada tahun 2022 mengklaim bahwa pengembangan kendaraan peluncuran satelit “memperpendek jangka waktu” bagi Iran untuk mengembangkan rudal balistik antarbenua karena menggunakan teknologi serupa.
Selama ini ketegangan sudah tinggi dengan negara-negara Barat mengenai program nuklir Iran, yang terus meningkat sejak Trump menarik AS dari perjanjian nuklir tahun 2015 dengan negara-negara kuat dunia lima tahun lalu, sehingga memulihkan sanksi yang melumpuhkan terhadap Iran.
Upaya untuk menghidupkan kembali perjanjian tersebut menemui jalan buntu lebih dari setahun yang lalu. Sejak itu, Badan Tenaga Atom Internasional (International Atomic Energy Agency/IAEA) mengatakan Iran memiliki cukup uranium yang diperkaya hingga mendekati tingkat senjata untuk membuat “beberapa” senjata nuklir jika negara itu memilih untuk melakukannya. Iran juga sedang membangun fasilitas nuklir bawah tanah yang kemungkinan besar akan tahan terhadap serangan udara AS.
Iran telah menyatakan kesediaannya untuk kembali ke perjanjian nuklir tahun 2015, namun mengatakan AS harus mencabut sanksi-sanksinya terlebih dahulu. [lt/uh]
Comments
Loading…