Bendungan pembangkit PLTA Kakhovaka meledak dan sebagian runtuh pada hari Selasa (6/6), menyebabkan kebocoran pada waduk yang digunakan untuk mendinginkan PLTN Zaporizhzhia.
Direktur Jenderal Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) Rafael Mariano Grossi mengatakan, penghancuran itu tidak menimbulkan risiko langsung terhadap pembangkit nuklir itu, namun situasinya tetap sangat tidak stabil.
“Staf IAEA di lokasi diberitahu bahwa kerusakan bendungan Nova Kakhovka kini menyebabkan turunnya ketinggian waduk sekitar 5 sentimeter per jam,” ujar Grossi.
Profesor di Institut Radioaktif Lingkungan Universitas Fukushima, Mark Zhelezniak mengatakan, “Kami menghitung penilaian risiko yang menunjukkan bahwa setelah beberapa hari tergantung pada ukuran keretakan di bendungan ini. Ketinggian air di waduk Kakhovka akan sangat rendah sehingga asupan air untuk kolam pendingin akan kering.”
Namun, sejak reaktor Zaporizhzhia ditutup, Zhelezniak mengatakan kepada VOA, tidak ada risiko langsung terhadap PLTN itu.
Namun pembangkit tenaga nuklir tetap membutuhkan mekanisme pendingin.
Dan ada kekhawatiran tentang bagaimana PLTN itu dijalankan karena telah diduduki oleh pasukan Rusia selama lebih dari setahun.
Petro Kotin, kepala perusahaan nuklir milik Ukraina, Energoatom, mengatakan, “Situasi semakin memburuk di PLTN, sejak awal pendudukan dimulai, yaitu pada 4 Maret tahun lalu.”
Para ahli memperingatkan, salah langkah bisa menyebabkan emisi radiasi, menyebabkan bencana yang menjangkau jauh dan luas di seluruh Eropa, Rusia, dan Mediterania.
Menteri Energi Ukraina, German Galushchenko, setuju dengan hal itu. “Dan setiap hari berubah karena angin, tetapi kami melihat bahwa radiasi nuklir pada beberapa hari ini, karena angin membawa awan dari radiasi itu sampai ke Turki, Rusia, Moldova, Rumania, Hongaria, Polandia, Belarus.”
Pejabat IAEA memantau perkembangan itu dengan cermat dan berencana mengunjungi Zaporizhzhia paling cepat pertengahan Juni. [ps/lt]
Comments
Loading…