in

Enam Tewas dalam Pengepungan dan Baku Tembak di Pedesaan Australia

Enam Tewas dalam Pengepungan dan Baku Tembak di Pedesaan Australia



Enam orang tewas, termasuk dua polisi berusia dua puluhan tahun, dalam baku tembak di negara bagian Queensland, Australia, kata polisi pada Selasa (13/12).

Pada Senin sore, sekelompok polisi dikerahkan ke sebuah properti yang terletak di tengah rerimbunan pohon di sebuah kota kecil bernama Wieambilla sebagai bagian dari penyelidikan kasus orang hilang.

“Begitu mereka memasuki kawasan properti tersebut, mereka dibanjiri tembakan tanpa sempat mempertahankan diri,” kata presiden Persatuan Polisi Queensland Ian Leavers.

“Dua petugas polisi dieksekusi dengan darah dingin,” ujarnya.

Kedua polisi tersebut bernama Rachel McCrow, 26 tahun, dan Matthew Arnold, 29 tahun. Keduanya baru memulai karir kepolisian dalam dua tahun terakhir.

“Mereka membayar pengorbanan tertinggi demi menjaga keamanan masyarakat kita,” kata Komandan Polisi Queensland Katarina Carooll sambil menahan tangis ketika menyampaikan pernyataan pers terkait kejadian yang “sangat menyedihkan” itu.

Dua polisi lainnya selamat dan dibawa ke rumah sakit dengan luka ringan.

Salah satu di antaranya, Keeley Brough, mengirim pesan panik kepada orang-orang terdekatnya karena meyakini dirinya akan mati, menurut laporan media setempat.

Menyusul suara tembakan awal, sekelompok polisi khusus yang terdiri atas lebih dari selusin polisi dengan dukungan satuan udara diterjunkan ke lokasi.

Setelah pengepungan selama berjam-jam, pada pukul 22.30 waktu setempat, dua tersangka laki-laki dan satu tersangka perempuan tewas.

Gambar udara dari lokasi menunjukkan sebuah bungalow beratap seng dan mobil yang terbakar di properti itu.

Salah seorang tetangga yang berusia 58 tahun, yang diyakini turut melakukan penyelidikan terhadap properti itu, juga tertembak dan “dinyatakan tewas di lokasi,” menurut polisi.

Penyelidikan sedang dilakukan untuk mengetahui lebih jauh insiden tersebut dan penanganan polisi atas situasi tersebut.

Penembakan massal jarang terjadi di Australia, yang memiliki beberapa aturan kepemilikan senjata api terketat di dunia.

Larangan memiliki senjata otomatis dan semiotomatis telah berlaku sejak terjadinya penembakan massal di Port Arthur, Tasmania, tahun 1996, di mana seorang pria bersenjata menembak mati 35 orang.

Perdana Menteri Australia Anthony Albanese menggambarkan situasi di Wieambilla “buruk.”

Ia mengatakan, “ini merupakan hari yang memilukan bagi keluarga dan kerabat petugas Kepolisian Queensland yang telah kehilangan nyawa saat bertugas.”

Pejabat Queensland telah memerintahkan pengibaran bendera setengah tiang di seluruh gedung pemerintahan.

Polisi belum mengungkap identitas para tersangka yang tewas.

Menurut surat kabar The Australian, mereka adalah seorang guru sekolah, saudara laki-lakinya, dan istri dari saudara laki-laki itu – yang memiliki properti dengan dua kamar tidur tersebut. [rd/rs]



Sumber VoA Indonesia

What do you think?

Written by admin

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Loading…

0

ASUS ROG Flow X16, Laptop Gaming Lipat Layar Sentuh

Sejumlah menteri pertahanan negara-negara Asia Tenggara berpose bersama dalam pertemuan di Siem Reap, Kamboja, pada 22 November 2022. (Foto: AP/Heng Sinith)

Uni Eropa Ingin ‘Terhubung Kembali’ dengan Asia Tenggara di Tengah Perang Ukraina