Hujan deras mengguyur Jepang bagian tengah pada Minggu (22/9), menyebabkan banjir dan tanah longsor. Satu orang dilaporkan tewas dan setidaknya enam orang hilang di kawasan yang sudah terdampak gempa besar pada awal tahun ini.
Sungai berlumpur mengalir deras di Anamizu, sebuah kota di Semenanjung Noto. Kota itu juga diguncang gempa pada Januari yang menewaskan setidaknya 318 orang. Dampak gempa masih terlihat hingga kini, menurut wartawan AFP.
Pihak berwenang pada Sabtu (21/9) mendesak puluhan ribu warga untuk mengungsi. Mereka mengatakan bencana hujan seperti itu “belum pernah terjadi sebelumnya.” Badan meteorologi setempat juga mengeluarkan peringatan darurat yang masih berlaku hingga Minggu.
Pemerintah mengerahkan pasukan militer ke wilayah Ishikawa di pantai Laut Jepang untuk membantu petugas penyelamat, kata juru bicara pemerintah Yoshimasa Hayashi pada Sabtu (21/9).
Tanah longsor menutup jalan dan banjir meluas melanda rumah-rumah, termasuk delapan kompleks perumahan sementara di Wajima dan Suzu, tempat tinggal para korban gempa berkekuatan magnitudo 7,5 pada 1 Januari.
Sekitar jaringan listrik 6.000 rumah tangga terputus dan banyak rumah yang tidak memiliki akses air bersih, kata pemerintah daerah Ishikawa.
Di Anamizu, hujan lebat mengguyur rumah-rumah yang sudah rusak akibat gempa, sementara tiang-tiang batu kuil yang hancur masih tergeletak di tanah beberapa bulan setelah roboh.
Sebuah pesan dari sistem pencegahan bencana melalui pengeras suara kota memperingatkan penduduk bahwa hujan dapat membanjiri sistem pembuangan limbah, sehingga volume air kotor berpotensi naik.
Perdana Menteri Fumio Kishida menginstruksikan pemerintah “untuk melakukan yang terbaik dalam penanggulangan bencana, menyelamatkan nyawa orang sebagai prioritas utama”, menurut Hayashi.
Pemerintah Kota Ishikawa memerintahkan 75.000 penduduk di wilayah tersebut, termasuk Kota Wajima dan Suzu, serta Kota Noto, untuk mengungsi, kata pejabat.
Sebanyak 16.800 penduduk di prefektur Niigata dan Yamagata di utara Ishikawa juga diminta untuk mengungsi, kata Badan Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana.
Para ilmuwan menyatakan bahwa perubahan iklim akibat aktivitas manusia meningkatkan risiko yang ditimbulkan oleh hujan lebat, karena suhu atmosfer yang lebih hangat dapat menampung lebih banyak air. [ah/ft]
Comments
Loading…