Jakarta, PCplus – Gangguan luas yang disebabkan oleh kesalahan perangkat lunak CrowdStrike baru-baru ini menyebabkan gangguan global pada sistem Windows. Layar Blue Screen Of Death (BSOD) yang diakibatkan aplikasi CrowdStrike telah mengguncang komunitas IT, tak terkecuali para Chief Information Officer (CIO). Peristiwa ini mengingatkan mereka akan risiko besar jika perusahaan punya ketergantungan berlebihan pada satu vendor, terutama di cloud.
Baca Juga: Serangan Infrastruktur Cloud Kian Canggih
Para bos-bos IT itu pun sekarang mulai mempertimbangkan kembali strategi cloud mereka. Menurut beberapa diantaranya, eksplorasi alternatif vendor menjadi sangat penting. Mengingat ketergantungan seperti saat ini dianggap bisa membahayakan bisnis di masa mendatang.
Rekomendasi Produk PCplus
-
Sale!Fendior Smartwatch Ultra 9 | Smartwatch Murah | Water and Dust Ressistance
Original price was: Rp500,000.00.Current price is: Rp494,000.00.
Info Lengkap
-
Sale!
Advan AI Gen, AMD Ryzen 7 8845HS | Laptop AI 14 Inci Paling Murah
Original price was: Rp11,499,000.00.Current price is: Rp9,899,000.00.
Info Lengkap
-
Sale!
Axioo Pongo 725 | i7-12650H 16GB 512GB RTX2050 4GB WINDOWS 11
Original price was: Rp13,999,000.00.Current price is: Rp10,899,000.00.
Info Lengkap
-
Sale!
ASUS Zenbook 14 OLED UX3405MA-OLEDS511 – Ponder Blue
Original price was: Rp17,299,000.00.Current price is: Rp16,999,000.00.
Info Lengkap
Dampak dan Tanggapan CIO
Beberapa ahli menyarankan pendekatan diversifikasi untuk strategi cloud guna mengurangi risiko. Organisasi mulai memperbarui rencana kelangsungan bisnis mereka untuk mengatasi downtime yang tidak terduga. Hal ini sekaligus meminimalkan dampak pada produktivitas dan layanan.
“Insiden ini menjadi panggilan untuk bangun. Menekankan perlunya adaptasi dan peningkatan berkelanjutan dalam praktik keamanan siber di seluruh industri,” kata Gaurav Ranade, CTO di RAH Infotech seperti dikutip PCplus dari cio.com.
D.R. Goyal, arsitek senior di Rakuten Symphony juga punya pendapat. Ia menganjurkan mekanisme untuk menguji pembaruan dengan pengguna tertentu sebelum rilis penuh. “Harus ada mekanisme untuk menguji dengan organisasi tertentu atau dengan sekelompok pengguna sebelum merilis ke seluruh komunitas dan basis pengguna untuk mengurangi dampak.” jelas Goyal.
Seiring berkembangnya lanskap digital, memastikan ketahanan sistem berbasis cloud menjadi sangat penting. Ashis Guha, pendiri An Idea Global Innovations, menyoroti implikasi yang lebih luas. “Insiden ini memiliki implikasi yang lebih luas bagi ekonomi global. Waktu henti yang lebih lama dan waktu pemulihan akan mempengaruhi produktivitas dan ekonomi,” katanya.
Para ahli industri merekomendasikan beberapa strategi untuk kesiapan di masa depan. Termasuk peluncuran bertahap, pengujian komprehensif, dan sistem cadangan yang kuat.
Siddharth Ugrankar, Co-founder dari perusahaan Blockchain Qila, menyarankan penerapan bertahap dan pengujian menyeluruh dari pembaruan dapat mengurangi dampak. “Jika CrowdStrike menerapkan pembaruan secara bertahap, dampaknya akan jauh lebih sedikit,” tegas Siddharth.
Perusahaan yang bertujuan untuk mencegah masalah seperti insiden pembaruan CrowdStrike harus memperkuat manajemen pembaruan mereka. Misalnya dengan meningkatkan protokol pengujian di berbagai lingkungan, menerapkan penilaian risiko yang ketat, dan memperkuat proses manajemen perubahan dengan kerangka kerja tata kelola yang kuat. Hal ini disampaikan Moyukh Goswami, CTO di Nuvepro.
“Memperkuat kemampuan pemantauan, menyempurnakan rencana respons insiden yang disesuaikan dengan kegagalan pembaruan, dan membangun hubungan proaktif dengan vendor sangat penting,” tutup Goswami.
Comments
Loading…