Pihak berwenang Iran mengatakan, Jumat (5/1), pasukan keamanan telah menahan 11 orang yang diduga terlibat dalam dua ledakan bom yang membunuh hampir 90 orang pada peringatan wafatnya seorang komandan militer.
Kelompok militan Negara Islam (Islamic State/IS) mengaku bertanggung jawab atas serangan di Kerman, bagian tenggara Iran, pada Rabu (3/1).
Kementerian Intelijen Iran mengatakan dalam pernyataannya bahwa pasukan keamanan menahan dua orang karena menyediakan dukungan untuk dua pengebom bunuh diri di Kerman dan sembilan lainnya di bagian lain di Iran yang diduga memilik kaitan dengan inisiden itu.
Pengeboman tersebut adalah penyerangan paling mematikan di Iran sejak Revolusi Iran pada 1979.
Hampir 90 orang tewas dalam ledakan pada acara peringatan meninggalnya komandan militer, Jenderal Qassem Soleimani, yang dibunuh di Irak pada 2020 oleh Amerika Serikat (AS).
Ledakan-ledakan itu terjadi di tengah suasana tegang di kawasan itu karena perang Israel melawan Hamas di Gaza hampir berlangsung selama tiga bulan.
Kementerian Intelijen mengatakan para agen menyita alat-alat peledak dan bahan baku peledak, rompi-rompi peledak, alat pengontrol jarak jauh, detonator, dan ribuan gotri yang digunakan di dalam rompi-rompi peledak. Salah satu dari pelaku bom bunuh diri diidentifikasi sebagai orang Tajikistan.
ISIS mengatakan pada Kamis bahwa dua dari anggotanya telah meledakkan sabuk-sabuk peledak di kerumunan yang sedang menghadiri acara peringatan Soleimani.
“Kami akan menemukan Anda di mana pun Anda berada,” kata Komandan Garda Revolusi Mayor Jenderal Hossein Salami dalam pemakaman di pusat keagamaan Imam Ali di Kerman.
Presiden Ebrahim Raisi mengatakan dalam pidato yang disiarkan melalui televisi bahwa “Pasukan kami akan menentukan tempat dan waktu untuk beraksi.”
Pada 2022, ISIS mengaku bertanggung jawab atas serangan terhadap kuil Syiah di Iran yang menewaskan 15 orang. Sejumlah serangan sebelumnya yang diklaim oleh ISIS termasuk pengeboman ganda pada 2017 yang menargetkan parlemen Iran dan makam pendiri Republik Islam, Ayatollah Ruhollah Khomeini. [ft]
Comments
Loading…