Pesawat nirawak Rusia, pada Senin (1/1), menyerang sebuah universitas dan museum yang terkait dengan dua tokoh pembela identitas nasional Ukraina pada abad ke-20. Penduduk setempat bertekad akan memperbaiki kerusakan yang terjadi pada dua bangunan tersebut.
Serangan pertama menghancurkan jendela dan sebagian besar atap Universitas Agraria Nasional, di luar kota Lviv, di bagian barat Ukraina, yang merupakan tempat Stepan Bandera belajar. Di Ukraina, Bandera dianggap sebagai pahlawan. Tetapi Rusia menganggapnya sebagai penjahat.
Ledakan tersebut terjadi pada hari ulang tahun Bandera yang ke-115.
Serangan kedua menghancurkan sebuah museum di dekat kampus yang didedikasikan untuk Roman Shukhevych.
Kedua tokoh itu adalah figur kunci dalam perlawanan nasionalis terhadap kekuasaan Uni Soviet, dan terkait dengan Tentara Pemberontak Ukraina (UPA), yang memerangi pasukan Uni Soviet pada Perang Dunia II.
“Ini adalah gedung tempat Stepan Bandera belajar. Ada plakat peringatan yang didedikasikan untuk Bandera, dan juga patungnya,” kata Sofia Zdorovyk, 82, saat orang-orang membersihkan puing-puing di sekitarnya.
Wali Kota Lviv Andriy Sadovyi menggambarkan serangan terhadap museum itu sebagai tindakan simbolis.
“Kami akan memulihkannya setelah kemenangan kami,” katanya.
Bandera, pahlawan bagi rakyat Ukraina
Menurut catatan sejarah, Bandera adalah tokoh paling menonjol dalam kelompok yang terkait dengan Tentara Pemberontak Ukraina (UPA), yang jumlah anggotanya membengkak menjadi 100 ribu orang pada tahun 1944. Kelompok-kelompok yang terkait dengan UPA terus berjuang melawan kekuasaan Uni Soviet hingga pertengahan 1950-an. Shukhevych adalah komandan tertinggi UPA.
Rusia masih menggunakan nama Bandera untuk mendukung pernyataan mereka menginvasi Ukraina pada Februari 2022 untuk “mendenuklirisasi” negara itu, merujuk pada fakta bahwa beberapa nasionalis awalnya bekerja sama dengan pasukan Jerman dalam pertempuran mereka melawan Rusia; meskipun mereka kemudian juga melawan Nazi.
“Mendengar nama Bandera saja sudah membuat mereka [Rusia] takut. Hal itu menimbulkan kemarahan dan kebencian,” kata Vasyl Lapushniak, Presiden Universitas Agraria Nasional Lviv. “Mereka tidak membuat kami takut dengan hal ini. Itu hanya menyatukan kami sekali lagi dan menunjukkan kekuatan kami.”
Gelar “Pahlawan Ukraina” dianugerahkan kepada kedua laki-laki itu pada periode pasca-Soviet. Para prajurit dari barisan UPA dinyatakan sebagai “veteran” bersama dengan personil Tentara Merah Soviet.
Aktivitas tentara nasionalis itu telah sejak lama dibayangi tuduhan bahwa mereka melakukan pembantaian terhadap puluhan ribu etnis Polandia di wilayah Volyn, di bagian barat Ukraina, yang merupakan bagian dari wilayah yang berada di bawah kekuasaan Polandia di antara dua perang dunia.
Polandia dan Ukraina telah mengambil langkah-langkah untuk menghormati para korban dan melakukan rekonsiliasi demi kemajuan bersama. [em/jm]
Comments
Loading…