Para pejabat dari Uni Eropa dan China akan mengadakan pertemuan tatap muka pertama mereka sejak tahun 2019 pada minggu ini. Para pemimpin dari kedua pihak berharap untuk bertukar pandangan mengenai isu-isu strategis dan ekonomi global.
Sejumlah pakar mengatakan fokus pertemuan puncak satu hari pada tanggal 7 Desember ini adalah “memperkecil risiko,” yang berkaitan dengan upaya UE saat ini untuk mengurangi ketergantungan pada China di sektor-sektor penting.
“Brussel ingin menunjukkan bahwa mereka memiliki alat kebijakan baru untuk secara serius dalam mengurangi risiko, sementara tujuan utama China adalah mencoba menghambat kemajuan UE dalam menerapkan kebijakan terkait pengurangan risiko,” kata Grzegorz Stec, analis di kantor Mercator Institute for China Studies, atau MERICS, di Brussel, kepada VOA.
KTT ini diadakan di tengah keretakan yang semakin dalam antara kedua pihak, karena UE berharap untuk menyamakan kedudukan dalam perdagangan, sementara Beijing mencoba untuk menyoroti perlunya mempertahankan kerja sama bilateral. KTT ini menyusul rangkaian dialog tingkat tinggi, termasuk kunjungan diplomat utama UE, Josep Borrell, ke Beijing pada bulan Oktober.
Selagi UE dan China sama-sama berupaya menjaga kepentingan masing-masing, sejumlah analis mengatakan ekspektasi terhadap hasil KTT ini seharusnya rendah.
“Sepertinya mereka berkendara di dua jalur yang berlawanan dan hanya ada sedikit kesamaan antara pokok pembicaraan kedua pihak,” kata Sari
Arho Havrén, peneliti di Royal United Services Institute, kepada VOA melalui telepon.
Dalam pidato utama pada konferensi di Berlin bulan lalu, Presiden Komisi UE Ursula von der Leyen menegaskan perlunya UE untuk menyelidiki subsidi pemerintah Beijing untuk industri kendaraan listrik. Produsen mobil di Eropa telah menyatakan keprihatinannya atas melimpahnya pasokan kendaraan listrik bersubsidi di China, yang dapat dijual dengan harga lebih murah di pasar global.
“[Kelebihan kapasitas] akan memburuk ketika perekonomian China melambat, dan permintaan domestiknya tidak meningkat,” katanya, seraya menambahkan bahwa hal ini akan memperburuk distorsi di pasar UE, yang tidak dapat diterima oleh Brussel. “Eropa terbuka untuk kompetisi, bukan untuk perlombaan menuju posisi terbawah.”
Sementara itu, Menteri Luar Negeri China Wang Yi menyerukan kerja sama China-UE yang lebih besar.
“China dan UE mempunyai pandangan yang berbeda mengenai isu-isu internasional dan regional, dan hanya dengan berpegang pada komunikasi dan koordinasi kita dapat memainkan peran konstruktif dalam menjaga perdamaian dan stabilitas dunia serta mengatasi tantangan global,” katanya dalam pertemuan dengan para utusan diplomatik UE pada Senin (4/12).
Sebelum KTT tersebut, China mengumumkan untuk sementara waktu akan menawarkan bebas visa ke negara itu kepada warga negara dari lima negara Eropa – Prancis, Jerman, Spanyol, Italia, dan Belanda. Selain itu, Lituania mengatakan pekan lalu bahwa Beijing telah mencabut hambatan perdagangan yang diberlakukan terhadap barang-barang Lituania. [lt/ka]
Comments
Loading…