Presiden Jerman, Frank-Walter Steinmeier hari Rabu (11/1) menyatakan “rasa malunya” atas kejahatan yang dilakukan selama pemerintahan kolonial Jerman di Tanzania, dan berjanji untuk meningkatkan kesadaran akan kekejaman itu di negaranya sendiri.
“Saya ingin meminta maaf atas apa yang dilakukan orang Jerman terhadap nenek moyang Anda di sini,” kata Steinmeier saat berkunjung ke Museum Maji Maji di selatan kota Songea, dikutip dari transkrip pidatonya.
Tanzania adalah bagian dari Afrika Timur Jerman, yang mengalami salah satu pemberontakan paling berdarah dalam sejarah kolonial antara tahun 1905 dan 1907.
Para ahli mengatakan antara 200.000 dan 300.000 penduduk asli dibunuh secara brutal selama apa yang disebut Pemberontakan Maji Maji, sebagian besar akibat penghancuran sistematis ladang dan desa-desa oleh pasukan Jerman.
Steinmeier mengatakan Jerman siap bekerja sama dengan Tanzania menuju “pemrosesan komunal” dari masa lalu.
“Apa yang terjadi di sini adalah sejarah kita bersama, sejarah nenek moyang Anda dan sejarah nenek moyang kami di Jerman,” katanya, sambil berjanji untuk membawa cerita-cerita ini ke Jerman, sehingga lebih banyak orang di negara itu akan mengetahuinya.
“Saya ingin meyakinkan Anda bahwa kami, warga Jerman, akan bersama Anda mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang belum terjawab, yang tidak memberi Anda kedamaian,” tambahnya.
John Mbano, yang leluhurnya Kepala Suku Songea Mbano terbunuh dalam Pemberontakan Maji Maji, mengatakan dia menyambut baik kata-kata Steinmeier.
“Kami telah menangis selama bertahun-tahun, sekaranglah waktunya untuk mengakhiri tangisan kami,” kata pengacara berusia 36 tahun itu kepada AFP, melalui telepon setelah bertemu dengan presiden Jerman di Songea.
Mbano menambahkan bahwa dia mengharapkan hubungan baik antara Tanzania dan Jerman.
Kunjungan ke museum tersebut dilakukan pada hari terakhir dari kunjungan tiga hari Steinmeier ke Tanzania, yang pada Selasa juga menyatakan tentang kemungkinan pengembalian artefak yang dijarah selama era kolonial ke Tanzania.
Jerman siap bekerja sama dalam repatriasi kekayaan budaya dan sisa-sisa manusia, kata dia setelah bertemu dengan Presiden Tanzania, Samia Suluhu Hassan, di Dar es Salaam. [ns/lt]
Comments
Loading…