Gedung Putih menyambut baik aliran bantuan kemanusiaan yang terbatas dan pulihnya jalur telekomunikasi di Gaza, seiring berlanjutnya serangan darat Israel di wilayah itu, sebagai respons atas serangan kelompok Hamas pada 7 Oktober lalu. Pemerintahan Presiden Biden juga mengulangi peringatan kepada kelompok-kelompok bersenjata, untuk tidak terlibat dalam perang ini.
Peringatan itu disampaikan John Kirby, direktur komunikasi strategis, dari Dewan Keamanan Nasional.
“Pesan kami kepada setiap pihak yang mencoba memanfaatkan konflik ini adalah: jangan lakukan itu. Dan seperti Anda semua tahu, kami telah memperkuat postur kehadiran kami di kawasan ini,” kata dia.
Kirby juga mengatakan, “Kami terus mengawasi untuk memastikan bahwa setiap pihak yang mungkin berupaya untuk masuk ke konflik ini tahu, bahwa kami akan memperhatikan dengan serius kepentingan nasional kami di kawasan itu, belum lagi kewajiban kami untuk melindungi pasukan kami di fasilitas-fasilitas pengejaran kekuatan ISIS, di tempat-tempat seperti Irak dan Suriah.”
Namun, konflik ini juga memecah belah opini publik. Ratusan orang menyerbu bandara Rusia di kawasan Dagestan pada akhir pekan lalu, meneriakkan cercaan anti semit seiring kedatangan pesawat dari Tel Aviv.
Presiden Rusia menyalahkan kejadian ini sebagai intervensi pihak asing, sebuah langkah yang dianggap Kirby sebagai retorika klasik Rusia.
Presiden Rusia, Vladimir Putin mengatakan,“Apa yang terjadi di Makhachkala malam kemarin terinspirasi, termasuk melalui jaringan media sosial, setidaknya dari wilayah Ukraina, oleh agen-agen layanan intelejen Barat.”
Sementara presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan mengulangi kembali ketidaksetujuannya dengan klasifikasi yang diberikan oleh Amerika Serikat terhadap Hamas sebagai kelompok teror. Dia juga mengalihkan kesalahan kepada pihak lain.
“Negara-negara barat memikul tanggung jawab paling besar terhadap pembantaian di Gaza,” kata Erdogan.
Para pejabat Iran juga telah melakukan hal yang sama. Menteri luar negeri Iran, Hossein Amirabdollahian, memanfaatkan mimbar di PBB pekan lalu untuk menguraikan pandangannya. Warga Iran juga melakukan protes di jalanan.
“Ini telah tiga minggu kita menyaksikan kejahatan perang dan genosida di wilayah yang dikuasai rejim Israel di Gaza dan Tepi Barat, Palestina. Amerika Serikat dan sejumlah negara-negara Eropa telah memihak rejim pendudukan Israel tanpa mematuhi piagam PBB dan hukum internasional,” ujar Amirabdollahian.
John Kirby mengatakan, Gedung Putih percaya, ada garis tipis antara ketidaksepakatan dan perselisihan, dan mengatakan bahwa pemerintah mewaspadai berkembangnya antisemit.
“Kita percaya terhadap hak untuk protes secara damai, meskipun jika itu, Anda tahu, mendukung ide-ide yang tidak kita setujui. Tetapi kita tidak mau, tidak ada satupun yang mau melihat sebuah protes damai berubah menjadi kekerasan atau menjadi berbahaya seperti apa yang terjadi di Dagestan kemarin. Jadi, itu menjadi perhatian, dan itu menjadi sesuatu yang akan terus kita perbincangan dengan sekutu dan mitra-mitra kita,” ujar Kirby.
Namun, protes juga menjadi sesuatu yang meningkat, yang dihadapi Gedung Putih di dalam negeri, ketika demonstrasi yang kebanyakan mendukung Palestina dan mengkritik Israel, telah marak dilakukan di sejumlah universitas besar di Amerika Serikat dalam beberapa pekan terakhir. [ns]
Comments
Loading…