Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen hari Senin (30/10) memperingatkan Kosovo dan Serbia, yang dulunya berperang, bahwa normalisasi hubungan merupakan satu-satunya cara bagi kedua negara itu untuk bergabung sebagai anggota Uni Eropa.
Von der Leyen berada di Kosovo dalam rangkaian tur kawasannya untuk mempresentasikan rencana pertumbuhan baru Uni Eropa yang membuka sebagian pasar tunggal UE kepada mereka sebagai imbalan berupa reformasi besar-besaran di kedua negara itu sebelum menjadi anggota penuh blok tersebut.
Presiden Uni Eropa itu mengatakan bahwa rencana pertumbuhan baru yang disebutnya sebagai “penawaran yang tepat pada waktu yang tepat” akan melipatgandakan perekonomian kedua negara dalam satu dekade ke depan.
“Kita hanya bisa mencapai semua kemajuan dan kesuksesan ini apabila Kosovo dan Serbia menormalisasi hubungan,” ungkapnya dalam konferensi pers setelah menggelar pertemuan dengan Presiden Kosovo Vjosa Osmani.
Baik Kosovo maupun Serbia telah menyatakan keinginan untuk bergabung dengan blok beranggotakan 27 negara itu.
“Dialog UE adalah tempat untuk membahas topik-topik ini,” lanjutnya, seraya mendesak Kosovo untuk “memulai prosedur pembentukan Asosiasi Kota-Kota dengan Mayoritas Warga Serbia” yang akan mengoordinasikan urusan di bidang pendidikan, layanan kesehatan, perencanaan lahan dan pembangunan ekonomi di komunitas-komunitas Kosovo utara yang sebagian besarnya ditinggali masyarakat etnis Serbia.
Kosovo takut asosiasi semacam itu selangkah lebih dekat menuju terciptanya negara kecil warga Serbia dengan otonomi yang luas.
“Serbia harus menyampaikan pengakuannya secara de facto,” tambah von der Leyen, merujuk pada pengakuan terhadap kedaulatan Kosovo, sambil mengatakan bahwa hal itu akan ia bahas ketika ia mengunjungi Serbia.
Presiden Serbia Aleksandar Vucic mengatakan “bahwa Serbia tidak dapat menerima keanggotaan di PBB ataupun kemerdekaan Kosovo.”
Minggu lalu, para pemimpin Serbia dan Kosovo menolak berkompromi setelah menggelar serangkaian pertemuan baru yang bertujuan untuk memperbaiki hubungan buruk kedua negara yang dapat membahayakan peluang untuk bergabung dengan Uni Eropa, menurut kepala kebijakan luar negeri UE Josep Borrell.
Serbia masih menganggap Kosovo sebagai salah satu provinsi di negaranya dan belum mengakui kemerdekaannya.
Upaya terbaru Uni Eropa untuk menghidupkan perundingan itu dilakukan setelah terjadinya baku tembak besar-besaran pada 24 September lalu, ketika 30 pria bersenjata menyeberang ke Kosovo utara, membunuh seorang polisi dan memasang barikade. Tiga pria bersenjata tewas dalam baku tembak dengan kepolisian Kosovo.
Serbia dan bekas provinsinya, Kosovo, telah bertikai selama puluhan tahun. Perang tahun 1998-1999 di antara keduanya menewaskan lebih dari 10.000 orang, sebagian besarnya warga Albania Kosovo. Kosovo mendeklarasikan secara sepihak kemerdekaannya pada tahun 2008, namun Beograd menolak mengakuinya. [rd/lt]
Comments
Loading…